ikatan perantau aceh in malaya

ikatan perantau aceh in malaya
story of aceh

Monday, July 26, 2010


Ratusan warga yang tergabung dalam AMaT Blang Lancang dan Rancong kembali memblokir jalan masuk utama ke pabrik PT Arun di Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, Kamis (1/7) siang, karena tuntutannya belum terpenuhi. Mereka menuntut lahan pengganti, karena mereka mengklaim tergusur dari tanahnya saat PT Arun dibangun tahun 1974.


Selain itu, seorang anggota Brigade Mobil (Brimob) dari Datasemen B Polda Aceh diteriaki “provokator” oleh pengunjuk rasa ketika ia melarang warga membakar ban mobil bekas di atas badan jalan masuk ke proyek vital nasional (provitnas) tersebut. Berdasarkan pantauan Serambi kemarin, sejak pagi ratusan warga sudah berkumpul di bawah tenda. Mereka menunggu kedatangan Wakil Wali Kota dan Ketua DPRK Lhokseumawe. Tapi baru sekitar pukul 12.00 WIB, Wakil Wali Kota Suadi Yahya didampingi Ketua DPRK Saifuddin Yunus, Wakilnya Suryadi, bersama petinggi PT Arun datang dan masuk ke dalam tenda.


Inti dari pertemuan singkat di bawah itu, Wakil Wali Kota Lhokseumawe berharap warga yang berunjuk rasa sabar, karena pihaknya dalam waktu dekat akan ke Jakarta untuk menjumpai Menteri BUMN Mustafa Abubakar. Akan diusulkan kepada menteri agar dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Pertamina nantinya, lahan Ujong Pacu diserahkan ke Pemko Lhokseumawe. Lahan itu selanjutnya dibagikan kepada masyarakat yang terbukti merupakan korban penggusuran saat dibangun PT Arun pada awal 70-an.


Saat Ketua DPRK Saifuddin Yunus bicara di hadapan warga, ia sempat sedih dan terharu meresapi apa yang dialami warga tersebut yang hingga kini hak mereka belum juga dipenuhi Pemerintah Aceh dan Pertamina. Dengan suara parau, politisi yang kerap disapa Pon Pang berjanji akan berjuang sesuai kapasitasanya agar tuntutan masyarakat eks gusuran segera terpenuhi.


Bakar ban
Tapi tak lama setelah Saifuddin Yunus bersama para pejabat Pemko Lhokseumawe meninggalkan tenda, sesuai laporan dari Ketua Aksi Refki, masyarakat bergerak hendak membakar ban di badan jalan. Lalu datang seorang anggota brimob yang berupaya melarang pembakaran ban. “Namun, setelah api dimatikan, anggota brimob tersebut datang lagi. Tujuannya kali ini mencari orang yang membakar ban. Saat itulah emosi masyarakat memuncak dan brimob itu menjadi sasarannya,” ujar Refki.


Akan tetapi, sebelum amuk massa meletup, anggota brimob pun buru-buru menghindar. Pada saat yang sama, ratusan warga yang marah mengejarnya dari belakang. Tapi ia diselamatkan oleh sejumlah personel panitia aksi. “Tapi untunglah kesalahpahaman itu tidak sampai merusak aksi damai yang sedang kami galang ini,” jelas Refki.


Namun, pascakejadian itu, tambah Refki, emosi warga memuncak. Bahkan ban yang pertama urung dibakar, akhirnya kembali dibakar di tengah jalan. Sebagai aksi lanjutan, warga pun menutup jalan masuk ke perusahaan tersebut dengan cara menarik seutas tali membentangi jalan dan dijaga ketat oleh warga. Akibatnya, tidak sebuah mobil pun yang berlalu lalang lagi melalui pintu gerbang tersebut.


Refki yang dihubungi pukul 15.00 WIB kemarin menyatakan, pemblokiran jalan masih berjalan dan baru akan dibuka setelah tuntutan mereka benar-benar terpenuhi. Sementara itu, Wakil Komandan Datasemen B Brimob Polda Aceh, Kompol Ian Rizkian yang dihubungi Serambi membenarkan bahwa ada anggotanya yang harus menghindar dari kerumunan massa yang meneriakinya sebagai “provokator”.


Menurut Ian, secara resmi dia belum mendapatkan laporan tentang kejadian itu. Namun, berdasarkan laporan awal yang dia terima, anggotanya tersebut saat itu berupaya melarang warga agar tidak membakar ban di atas jalan. “Tapi saat itulah anggota saya diteriakin provokator oleh warga. Jadi, sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada warga, anggota saya memilih menjauh dari lokasi kejadian,” jelas Ian via telepon.


Tuntut janji
Pagi kemarin, sejumlah LSM yang tergabung dalam FKMS bersama warga menggelar konferensi pers di depan pintu gerbang pabrik PT Arun. Pada intinya, mereka mengharapkan semua pihak berkompeten yang terkait dengan tuntutan mereka agar bertanggung jawab dan secepatnya menunaikan janjinya.


Sebagaimana diberitakan sebelumnya, sejak Rabu (23/6) hingga Kamis kemarin ratusan warga yang tergabung dalam AMaT Blang Lancang dan Rancong berunjuk rasa di depan pabrik PT Arun. Hingga kemarin mereka masih bertahan di bawah tenda. Yang mereka tuntut adalah Pertamina dan Pemerintah Aceh supaya memenuhi janjinya untuk menyediakan lahan baru bagi mereka yang tergusur tatkala pembangunan PT Arun dimulai tahun 1974 silam

No comments: